Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berfikir
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar
berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan
masalah, pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis
serta factor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat
sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut
untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis
dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran
kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif
dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat
setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama,
sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang
profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling
efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejahteraan diri maupun orang lain.
Proses
berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita
menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan
yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir
kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat
sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. (Pery & Potter,2005). Menurut
Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir
kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat
tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya
serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu
kesimpulan tentang adanya perspektif pandangan baru.
Untuk
mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan
suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful
thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin
dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan
sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi
secara “otomatis” (missal ; dalam menjawab pertanyaan “siapa namamu?”).
banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan
berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what),
“bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Isi suatu kualitas dari kegiatan berpikir harus mengandung unsur-unsur seperti dibawah ini:
1 Sistematik
dan senantiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut
intelektual untuk hasil berpikir yang ingin dicapai.
2 Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir.
3 Selalu mengunakan kriteria berdasar standar yang telah ditentukan dalam memantau proses berpikir.
4 Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berpikir yang ditinjau dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk
lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham dan
tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri dan komponen berpikir
kritis meliputi ;
1 Pengetahuan dasar spesifik
Komponen
pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik
dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi
dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan
dasar.
2 Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman
adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan
stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree
pada proses belajar ada lima jenis stimulus/ rangsangan yang berasal
dari sumber belajar yaitu :
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun nonverbal.
b. Realita
(benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi
benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakili suatu objek dan peristiwa nyata.
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
e. Recorded
sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol
realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk membantu penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi, yaitu:
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk membantu penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi, yaitu:
a. Berpikir kritis umum, meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan.
b. Berpikir
kritis secara sepesifik dalam praktik klinik meliputi alasan mengangkat
diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya.
c. Berpikir kritis yang sepesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
4. Sikap dalam berpikir kritis
Sikap
dalam berpikir kritis merupakan sikap yang diperoleh dari proses
berpikir kritis dan sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/ kesiapan untuk bereaksi
terhadap stimulus atau objek menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (1993),
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
5. Standar / karakteristik berpikir kritis
Dalam standar berpikir kritis terdapat dua komponen:
a. Standar intelektual
Dalam
standar intelektual untuk menghasilkan proses berpikir perlu di
perhatikan tentang; rasional dan memiliki alasan yang tepat, reflektif,
menyelidik, otonomi berpikir, kreatif, terbuka dan mengevaluasi.
b. Standar professional
Pada standar profesioanal keperawatan memiliki kode etik keperawatan dan standar praktek asuhan keperawatan.
2.2 Aspek Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan
berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidakjelasan.
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8. Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi / masukan yang datang dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9. Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan / kegunaanya dalam penerapan.
1 Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan isi atau materi diskusi. Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan :
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar